Senin, 23 Juni 2014

Dibalik Video Klip Sajak Suara


Melanie Subono menerbitkan sebuah mini album dengan judul 'Berakhir, Selesai'. Kali ini, beberapa single akan dibuat video klipnya bersama Erix Soekamti dan Euforia Audiovisual. Salah satunya yang sudah selesai diproduksi video klipnya adalah single pertama Sajak Suara.

Video klip Sajak Suara ini sengaja dipersembahkan untuk hari-hari terakhir pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Karena pada dasarnya, di album ini ada 6 lagu yang masing-masing mengangkat tema sosial pemerintah yang selalu harus mereka bawa dalam kampanye dan selalu harus menjanjikan kepada rakyat. Sedihnya lagi, janji-janji itu tidak pernah terjadi. 

Video klip Sajak Suara sendiri mengangkat tema tentang orang hilang dan penghilangan paksa yang pernah terjadi di Indonesia. Dan merupakan salah satu janji terbesar SBY yang pada saat itu berjanji akan menyelesaikan kasus yang belum selesai dan kasus orang hilang. 

"Mulai dari Priok, Munir, dan Wiji Thukul yang sampai sekarang tidak pernah diselesaikan. Dan lebih parahnya lagi, yang katanya biang kerok kasus-kasus itu akan menjadi salah satu calon pengganti SBY. Itu akan sangat berbahaya," ujarnya.

Akhirnya Melanie memutuskan untuk mengangkat tema itu, karena kebetulan kenal dengan Fajar Merah anak bungsu dari Wiji Thukul. "Harus ada yang mengangkat kasus ini ke publik, agar lebih berhati-hati memilih calon presiden," ujar Melanie yang akhirnya memilih kasus orang hilang 98 dan kasus yang tidak terselesaikan untuk tema video klip Sajak Suara.

Setelah itu, masih ada 2 video klip di album ini yang akan digarap bareng Erix Soekamti. Salah satunya adalah Menjahit Merah Putih dan Andai Aku Tuhan. Dimulai dengan lagu Garuda Pancasila yang diselimuti oleh gamelan Bali, lagu Haleluya, Adzan, dan keragaman suku, agama, dan ras lainnya. 

"Karena Merah Putih itu bukan dibuat oleh pejabat, tapi oleh si miskin, si kaya, si putih, si hitam, laki-laki, dan perempuan," tegasnya.

Yang coba digambarkan di video klip Sajak Suara bukan pemilu saat ini, tapi 5 atau 10 tahun lagi yang digambarkan dengan kota-kota yang sudah hancur, dan tinggal tersisa either low aktivis, atau malah lebih banyak orang-orang dari mereka. Di video klip ini juga mengingatkan kepada kita tentang apa yang terjadi kalau sampai kita salah pilih.

"Aku tidak menyebut mereka Macan Asia, tapi aku menyebut mereka Tikus Asia. Bukan karena takut, tapi karena mereka hanya berani bersembunyi di tempat-tempat gelap," sindir Melanie.

Di album barunya kali ini, Melanie lebih menawarkan visi misinya sebagai aktivis dan lebih mengutamakan rasa nasionalis, sehingga melupakan unsur komersil dalam albumnya. 

"Saya melepaskan kewarganegaraan Jerman saya dan membuat lambang negara Indonesia yang besar dipunggung saya. Saya orang Indonesia, sampai Indonesia tidak membutuhkan saya lagi," ujarnya.

Disamping itu, lewat albumnya Melanie berusaha menyampaikan pesan kepada masyarakat agar bijaksana dalam memilih calon presiden. "Saya tidak pernah mempermasalahkan kalian akan memilih nomor satu atau dua. Tetapi, kenali dulu calon-calon kalian agar tidak salah pilih. Setiap orang punya plus minus. Lewat album ini saya ingin menyampaikan pesan dengan cara yang fun. Yaitu lewat tulisan dan musik," ujar wanita yang dalam 6 tahun terakhir ini menjadi aktivis gerakan Menolak Lupa.

Dirinya pun menambahkan bahwa dia telah menuntaskan 7 kasus dalam kurun waktu 5 tahun. Lewat berbagai aksinya di media sosial, mengajak para follower atau Sahabat Melanie. Bahkan aksi Melanie mendapat sejumlah dukungan, salah satunya dari BBC. Disamping itu, Melanie juga mendapatkan kepercayaan dari PBB untuk merepresentasikan kasus hak asasi di Indonesia akhir tahun ini.

Harapan Melanie di video klip Sajak Suara ini agar masyarakat tidak melupakan banyak hal. "Yang saya inginkan, masyarakat masih mencintai Indonesia, masyarakat masih bisa melakukan banyak hal tanpa harus menjadi orang lain," tegasnya.

Melanie juga menambahkan, inti dari video klip Sajak Suara adalah menagih janji pemerintah dan memaksa mereka untuk menjawab pertanyaan yang selama ini tidak pernah terjawab. Di video itu juga sarat akan tema pemberontakan di masa depan.

Untuk keseluruhan pembuatan video klip Sajak Suara ini, Melanie mempercayakannya pada Erix Soekamti dan tim Euforia Audiovisual. Ini bukan kali pertama Melanie bekerjasama dengan personil Endank Soekamti tersebut. Sebelumnya, Melanie sempat berkolaborasi bersama Endank Soekamti dalam lagu Mantan Jadi Teman. 

"Saya memberikan kebebasan kepada Mas Erix untuk pembuatan video klip ini. Karena saya percaya, saya berada ditangan yang benar," ucap wanita yang sering ditolak acara pensi karena disebut sebagai provokator ini.

Untuk lokasi pembuatan video klip, Erix memilih gereja ayam atau gereja pithik (Chicken Curch) yang berarti gereja berbentuk ayam. Gereja ayam ini berlokasi di daerah Magelang, dekat dengan Candi Borobudur. Untuk menuju ke Gereja Ayam ini cukup sulit, karena lokasi berada di Bukit Trema. Selain itu lokasi syuting juga singgah di desa Cangkringan, PU Kalasan, dan PU Berbah Sleman, Yogyakarta.

"Apa yang bisa diliat di video klip ini semuanya real, dan semua sudah di setting seperti keadaan aslinya. Keringetan ya keringetan, berdebu ya emang mukanya berdebu, semuanya real!" ungkapnya. 

Bahkan ada adegan Melanie mengalami luka dan berdarah itu pun asli, karena kebetulan memang sempat terjatuh karena medan di daerah Cangkringan yang masih banyak bekas abu vulkanik Merapi dan cukup licin.

Yang menarik dari video klip Sajak Suara ini juga muncul dari kostum yang dipakai dari setiap talent. Kostum yang dipakai di video klip Sajak Suara ada dua jenis, kostum polisi pemerintah dan kostum yang dipakai aktivis di masa depan. Semua kostum yang dipakai adalah buatan sendiri yang dibuat dalam dua hari dengan barang-barang yang diperoleh dari bahan daur ulang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar